Sabtu, 17 Juli 2010

Waktu Shalat Isya

http://eramuslim.com

Waktu yang Utama untuk Shalat Isya
Assalamu'alaykum Wr. Wb.


Ustadz yang dirahmati Allah SWT, ada beberapa hadits shahih yang
menyatakan bahwa Rasulullah SAW lebih mengutamakan pelaksanaan Shalat
Isya di akhir waktu (1/3 malam terakhir) bahkan beliau ingin sekali
menyarankan ummatnya untuk melaksanakannya, jika beliau tidak khawatir
disalah-artikan menjadi perintah (dianggap wajib). Dalam beberapa hadits
beliau juga kita mengetahui beberapa keutamaan shalat berjama'ah, yakni
27 derajat lebih tinggi dibanding shalat sendiri, mewajibkan orang buta
untuk tetap shalat berjama'ah di masjid meskipun tidak punya penuntun,
bahkan beliau berniat membakar rumah orang-orang yang malas shalat
berjama'ah di masjid. Dalam Shirah Nabawiyah diberitakan pula beliau
hampir tidak pernah meninggalkan shalat berjama'ah sampai akhir hayat
beliau.


Nah, yang ingin saya tanyakan, apa kaitan keutamaan sholat Isya di akhir
waktu dengan sholat berjama'ah di masjid itu? Apa maksudnya di zaman
Rasulullah SAW. shalat jamaahnya (di masjid) itu memang dilakukan di
akhir waktu? Padahal shalat berjama'ah zaman sekarang umumnya
dilaksanakan di awal waktu. Apakah maksudnya jika kita sholat sendirian
di rumah karena punya uzur syar'i boleh/disunahkan untuk diakhirkan?
Jazakallah atas penjelasan Ustadz.


Wassalamu'alaykum Wr. Wb.
Nana Sudiana



Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh,
Alhamdulillah wash-shalatu wassalamu 'ala rsulillah, wa ba'du
Waktu Isya' secara fiqih dimulai sejak berakhirnya waktu Maghrib
sepanjang malam hingga dini hari tatkala fajar shadiq terbit. Dasarnya
adalah ketetapan dari nash yang menyebutkan bahwa setiap waktu shalat
itu memanjang dari berakhirnya waktu shalat sebelumnya hingga masuknya
waktu shalat berikutnya, kecuali shalat shubuh.

Dari Abi Qatadah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Tidaklah tidur itu
menjadi tafrith, namun tafrith itu bagi orang yang belum shalat hingga
datang waktu shalat berikutnya." (HR. Muslim)

Sedangkan waktu mukhtar (pilihan) untuk shalat `Isya` adalah sejak masuk
waktu hingga 1/3 malam atau tengah malam. Atas dasar hadits berikut ini.

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya aku
tidak memberatkan umatku, aku perintahkan mereka untuk mengakhirkan /
menunda shalat Isya` hingga 1/3 malam atau setengahnya." (HR. Ahmad,
Ibnu Majah dan Tirmizy).

Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah SAW menunda shalat Isya` hingga
tengah malam, kemudian barulah beliau shalat". (HR. Muttafaqun Alaihi).

Dari Aisyah ra.: "Rasulullah SAW mengakhirkan shalat Isya' pada suatu
malam hingga melewati malam dan penduduk Madinah terlelap. Kemudian
keluar dan beliau bersabda,"Inilah waktunya (isya'), bila tidak
memberatkan ummatku." (HR. Muslim dan Nasai)

Juga hadist lainnya:

Dari Jabir ra berakata, " . . Dan Rasulullah SAW melakukan shalat isya'
terkadang diakhirkan dan terkadang di awalnya. Bila beliau melihat
jamaah telah berkumpul, maka isya' dipercepat dan bila mereka datang
lebih lambat, maka shalat Isya diakhirkan. . . (HR. Bukhari dan Muslim).

Namun sebaiknya bila melakukan shalat Isya' tengah malam tidak dengan
tidur terlbih dahulu.

Dari Abi Barzah al-aslami bahwa Rasulullah SAW suka mengakhirkan Isya'
yang disebutnya 'atmah, namun beliau tidak suka tidur sebelumnya atau
bercakap-cakap sesudahnya. (HR Jamaah).

Dengan adanya dalil-dalil di atas, para ulama menyimpulkan bahwa khusus
untuk shalat 'Isya, memang tidak selalu dikerjakan di awal waktu. Namun
seringkali Rasulullah SAW dan para shahabat mengerjakajannya agak
sedikit lebih malam. Namun tetap dilakukan di masjid secara berjamaah.
Bukan shalat sendiri-sendiri di rumah. Dan tentu saja dengan tetap
melantunkan adzan yang berfurngsi sebagai panggilan kepada umat Islam
untuk berkumpul, meski tidak dilantunkan di awal waktu.

Penundaan pelaksanaan shalat terurama untuk shalat isya' berjamaah ini
tidak menyalahi keutamaan, sebab keutamaan itu sendiri datangnya dari
Rasulullah SAW juga. Sebab syariat Islami itu sumbernya dari beliau juga
dan beliau tentu dari Allah SWT. Maka kalau kita sekarang ini
menjalankan hal yang sebagaimana beliau SAW lakukan, tentu saja punya
nilai tersendiri. Dan memang demikianlah Rasulullah SAW mengajarkan
agama kepada kita.

Wallahu a'lam bish-shawab
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Ahmad Sarwat, Lc.