Sebagai hamba yang masih harus belajar dan seringnya melakukan
khilaf, maka dalam tulisan kali ini saya sampaikan beribu maaf atas
berbagai pendapat mengenai tulisan saya sebelumnya yang berjudul “Jilbabku Bukan Nilaiku“. Mungkin karena berbentuk tulisan, maka kadangkala apa yang saya maksudkan menjadi tersamar.
“Jilbabku Bukan Nilaiku”
adalah tulisan yang cakupannya saya sempitkan hanya antara wanita
berjilbab, jadi sama sekali tidak bermaksud membenarkan bahwa dengan
tidak berjilbab meskipun berakhlaq baik itu sudah cukup.
Berjilbab
sesuai syari’at dan berakhlaq baik adalah suatu kesempurnaan bagi
seorang muslimah. Dengan jilbab akan membedakan wanita muslim dengan
wanita kafir. Jilbab yang menjadi nilai bagi seorang muslimah sebagai
lambang penghormatan kepada dirinya sendiri. Ia memilih berjilbab,
berarti ia menginginkan keridhaan Allah dan sangat mengetahui betapa
berharga tubuhnya jika hanya untuk di pamerkan kepada yang bukan
muhrimnya, betapa tubuhnya yang terbuka dapat menjadi penyebab timbulnya
fitnah.
Karena kecantikan bukan di lihat dari keindahan tubuh
yang terbuka, bukan itu. Itu hanya sementara. Jika tujuannya ingin di
lihat menarik oleh lawan jenis dengan pakaian yang terbuka, yakinlah itu
hanya sementara. Saat ini kau berjuang keras mempercantik diri untuk
menarik hati lawan jenis atau untuk hal-hal duniawi, maka hatimu akan
kecewa. Kenapa?? Karena ternyata wanita-wanita lain akan melakukan hal
yang sama. Dan kau pun akan kelelahan menampilkan kecantikan-kecantikan
semu dalam dirimu.
Okelah jika ada yang bilang, “mau berjilbab
atau tidak, itu kan hak saya”. Tapi tubuh kita bukan hak kita. Status
kita hanya di pinjamkan. Milik kita hanya roh yang di tiupkan ke dalam
jasad yang Allah pinjamkan. Bahkan roh itu sendiri berada dalam
genggamanNya. Jika barang yang kita pinjamkan ke orang lain, kemudian
orang tersebut merusaknya maka kita akan marah. Sama seperti Allah.
Allah bebas melakukan apapun terhadap ciptaanNya. Jika amanah yang Dia
berikan tidak di jaga dengan semestinya sesuai dengan perintahNya.
Sebab
jilbabku adalah nilaiku, lambang kepatuhan kita kepada perintah Allah.
Penilaian hakiki hanya dari Allah, akan terpuaskan kita akan
penilaianNya. Allah tidak akan pilih kasih kepada hambaNya. Bukan Allah
tidak sayang karena memerintahkan kita menutup aurat, padahal perempuan
adalah makhluk yang indah. Karena keindahan tak selalu bisa di lihat
secara gratis. Biar saja ada hinaan di sekeliling kita karena
keistiqamahan kita menutup aurat. Karena kita adalah berlian mahal yang
tidak mudah terjamah oleh sembarang orang dan bukan batu kerikil yang
banyak bertebaran di jalan-jalan dan mudah di pegang.
Sebab
jilbabku adalah nilaiku, lambang keshalihan, insya Allah. Yang karenanya
kita akan berusaha untuk meluruskan perilaku kita yang sebelumnya
bengkok. Yang karenanya, semoga kita mampu menghilangkan gaya hidup
barat yang kini makin merajalela. Yang karenanya kita akan terlindungi
dari segala keburukan yang di timbulkan akibat perbuatan kita sendiri
(membuka aurat). Yang karenanya kita bisa menampilkan kenyamanan dalam
berbusana (bukan pengekangan) sebagai contoh kepada mereka yang sinis
terhadap jilbab.
Kita adalah hal terindah dan hanya untuk yang
terindah jika kita mampu menjaga keindahan itu hanya untuk yang berhak
memilikinya. Insya Allah.
—
Kembali menjadi renungan dan pengingat pribadi.